Selasa, 25 November 2008

Biografi Ahmad bin Hanbal

Imam Ahmad bin Hanbal adalah manusia yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Beliau sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya.

Ø Kehidupan Kanak-kanak Beliau

Imam Ahmad bin Hanbal lahir di kota Baghdad bulan rabi’ul awwal 164 H. Nama panjang beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi . Waktu berumur tiga tahun, ayahnya meninggal sehingga beliaupun tumbuh besar dengan kasih sayang ibunya. Ayah beliau seorang komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah menjadi da’i yang kritis. Waktu kecil beliau terkenal sebagai anak yang alim suka beri’tikaf dan senang menjaga kebersihan.


Ø Kehidupan Muda dan Studinya

Beliau memulai karirnya dengan belajar ilmu fikih kepada abu yusuf, muridnya imam abu hanifah yang terkenal dekat dengan beliau. Sebagai seorang murid, beliaupun selalu mentaati semua omongan gurunya dan juga menghormati mereka. Salah satu guru-guru yang beliau sangat cintai adalah Imam Syafi’i, beliau sempat belajar fikih dan hadist kepada Imam Syafi’I bahkan beliau pernah mendapat penghargaan yang cukup tinggi dari Imam Syafi’I dalam bidang ilmu tersebut, sampai Imam Syafi’I pernah berkata kepada beliau” Beritahukan kepadaku kalau ada hadist yang belum aku tahu sehingga nantinya aku dapat mengamalkannya”. Selain waktu beliau digunakan untuk mencari ilmu tapi beliaupun menghiasinya dengan tingkah laku yang lain seperti jihad, menjaga hak-hak dalam agama islam dan beliapun melakukan ibadah haji lima kali dalam hidupnya bahkan dua diantaranya beliau lakukan dengan berjalan kaki.

Ø Keahlian Beliau dalam Berbagai Ilmu

Beliau menghabiskan 40 tahunya untuk mendalami berbagai macam ilmu, maka tak ayal kalau beliaupun pandai dalam beberapa ilmu yang beliau pelajari seperti kemampuan bilingualnya, selain itu juga beliau ahli dalam membuat puisi dan juga ahli dalam tata bahasa dan aplikasinya bahkan jasa beliau dalam ilmu tata bahasa arab sangatlah besar. Bahkan kepada omongan anaknyapun selalu beliau kontrol sehingga kalau salah berucap dalam tata bahasa beliau membenarkanya. Selain ahli dalam ilmu tata bahasa arab beliaupun ahli dalam ilmu al-qur’an, tafsir(authoring works in exegeses), nasekh wal mansukh(science of abrogation) dan qiro’at(recitation).

Ø Lima Prinsip Imam Ahmad dalam Hal Fikih

Prinsip madzhab Imam Ahmad

Ibnu Qoyyim menyatakan bahwa prinsip madzhab Hanbali ada lima:

1. Nushush.

Kalau suatu permasalahan bisa ditemui jawabannya di Qur’an dan Hadist, maka Imam Ahmad tidak akan melirik ke sumber lain.

2. Pendapat para shohabat

Jika pendapat shohabat sama sekali tak ada yang menentang, akan menjadi ijma' yang kuat dibawah Qur'an dan Sunnah.

3. Jika para shohabat berbeda pendapat, maka Imam Ahmad mengambil qoul yang paling mendekati Qur’an dan sunnah.

4. Berpegang pada hadist mursal dan dhoif. Mendahulukannya atas qiyas. Asalkan dhoifnya tidak dikarenakan hadist batil atau munkar atau rowinya muttaham.

5. Qiyas

Beliau mendahulukan hadist mursal, munqothi’, dan qoul shohabiy daripada qiyas. Hanya menggunakan qiyas saat-saat darurat saja.

Qiyas dalam madzhab ini meliputi pula istihsan, masholih mursalah, dzaroi', dan istishhab. Fuqoha Hanabilah mengqiyaskan sesuatu tidak hanya berdasarkan 'illah, namun juga mencocokkannya dengan hukum dan sifat yang sesuai.

Ø Pemikiran Imam Ahmad

1. Dalam masalah iman dan pelaku dosa besar (murtakibu al-kabair)

Menurut Imam Ahmad, amal itu bagian dari iman. Perkataan dan perbuatan baik buruknya dapat mempengaruhi iman. Iman bisa bertambah maupun berkurang. Bila seseorang melakukan maksiat, dia muslim, tapi bukan mukmin.

Pendapat ini hampir mirip dengan mu’tazilah. Hanya saja, mereka berujar bahwa yang mati dalam keadaan maksiat akan kekal di neraka sementara Imam Ahmad menyerahkan urusan itu pada Allah. Sesuai dengan irodat-Nya.

2. Sifat-sifat Allah dan masalah penciptaan Qur’an (kholqu al-qur’an)

Imam ahmad seorang salafi sejati. Tidak menakwilkan ayat mutasyabihat dan mengimani sebagaimana aslinya. Beliau meyakini sifat-sifat Allah sesuai yang tertera dalam Qur’an maupun hadist.

Dari sifat-sifat ini, adalah sifat kalam yang darinya muncul masalah kholqu al-qur’an. Banyak versi riwayat yang berbeda dari Imam Ahmad. Dan dari semua riwayat itu, Ibnu Qutaibah merojihkan riwayat yang mengatakan bahwa Al-Qur'an bukanlah makhluk. Sebagaimana yang dikatakan kaum salaf sebelumnya. Jadi dengan demikian, pernyataan ini bukan bid'ah. Al-Qur'an kalamullah, dan kalam bukan makhluk. Al-Qur'an perintah dan ilmu Allah, dan perintah maupun ilmu bukanlah makhluk.

3. Ru'yatullah di hari kiamat

Ahmad yang berpegang teguh pada nash, tidak mengakui takwil, mengimaninya secara utuh. Tidak seperti Mu'tazilah yang menafikan penglihatan ini. Karena menurut Mu'tazilah, melihat berarti kepada sesuatu yang konkrit. Dan keadaan yang demikian adalah penyerupaan Allah dengan makhluknya.

4. Pendapat Imam Ahmad dalam masalah politik

Imam Ahmad hampir sama dengan Imam Malik dalam masalah ini. Mereka sepakat mengenai urutan para shohabat, juga tentang pemilihan kholifah, juga bahwa keluar dari pemerintahan yang sah tidak diperbolehkan.

Ø Karya Tulis Beliau

Imam Ahmad menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab "Musnad" dan sebaik-baik karangan beliau dan sebaik-baik penelitian Hadits. Beliau tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini berisi lebih dari 25.000 hadits.

Diantara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya dari ceramah (kajian-kajian) - kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Shalat dan Kitab as-Sunnah.

Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.

2. Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini hilang”.

3. Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh

4. Kitab at-Tarikh

5. Kitab Hadits Syu'bah

6. Kitab al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an

7. Kitab Jawabah al-Qur`an

8. Kitab al-Manasik al-Kabir

9. Kitab al-Manasik as-Saghir

Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam Ahmad bin Hanbal:

1. Kitab al-'Ilal

2. Kitab al-Manasik

3. Kitab az-Zuhd

4. Kitab al-Iman

5. Kitab al-Masa'il

6. Kitab al-Asyribah Çá

7. Kitab al-Fadha'il

8. Kitab Tha'ah ar-Rasul

9. Kitab al-Fara'idh

10. Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah

Metode penulisan

Al-Musnad

Mulai pengumpulan musnad sejak Imam Ahmad berumur 16 tahun. Maka beliau mencatat hadits-hadits dengan asanidnya di lembaran-lembaran yang terpisah-pisah hingga beliau wafat. Ketika merasa ajal itu sudah dekat dengannya, beliau segera mulai mengumpulkan kembali hadits-hadits tersebut dan menghapus sebagiannya dan menyampaikan semua kumpulan hadits tersebut berikut metode yang telah ditempuh kepada semua putra dan ahli baitnya. Selanjutnya Imam Ahmad bin Hanbal berwasiat kepada putranya yang bernama Abdullah untuk mengatur kodifikasi hadits beliau melalui metode sanad. Metode ini dianggap sebagai metode yang paling sulit karena harus menertibkan hadits-hadits menurut tingkatan para perawinya dari para sahabat, yaitu mulai dari hadits yang diriwayatkan Abu Bakar r.a, Umar r.a dan seterusnya.

Adapun cara Imam Ahmad bin Hanbal dalam pemilihan hadits-hadits adalah jika hadits tersebut berkaitan dengan hukum-hukum atau ‘aqidah, maka harus dengan memenuhi syarat keshahihannya. Jika hadits tersebut berkaitan dengan keutamaan suatu perbuatan, meskipun hadits tersebut dha’if maka harus dikuatkan dengan meruju’ pada dalil Al-Qur’an dan hadits shahih. Dan jika ada nash lain yang lebih kuat dan menentang hadits tersebut, maka hadits yang lebih dha’if harus dihapus karena tidak memungkinkan untuk menyamaratakan antara keduanya.

Para perawi hadits sangat teliti dan berhati-hati sekali dalam hal ini. Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim menegaskan bahwa tidaklah dalam musnad itu terdapat hadits maudhu’. Dan sebagian yang lain berpendapat bahwa terdapat empat hadits maudhu’, akan tetapi ia bukan dari Imam Ahmad. Dan hadits-hadits dha’if yang terdapat dalam musnad yang tidak berkaitan dengan hukum-hukum, bukanlah termasuk hadits yang sangat dha’if sekali.

Dalam pengumpulan musnadnya, Imam Ahmad bin Hanbal telah mengelilingi dunia sebanyak dua kali. Adapun diantara perkataan Imam Ahmad yaitu “ Apabila anda mengimpikan segala keinginan yang terkabulkan, maka terlebih dahulu lakukanlah apa yang Allah inginkan.”

Ø Fuqoha Hanabilah

1. Abu al-wafa ali bin ‘uqail al-baghdadi (431-513 H)

Kitab yang dikarang:"Tadzkirah", "Al-Funun", di bidang fiqh ada kitab "Al-Fushul" yang dinamakan "Kifayatul Mufti", kitab "Al-Mufrodaat", "Al-Isyaroh", "Al-Mansyur".

2. Mahfudz ahmad bin al-hasan bin ahmad al-kaludzani ( 432-510 H) atau lebih dikenal dengan abu al-khitob al-baghdadi.

Kitab yang dikarang: "Al-Hidayah", "Al-Khilaf Al-Kabir" yang dinamakan dengan “Al-Intishor fi Al-Masail Al-Kubbar”, "Al-Khilaf As-Shoghir" yang dinamakan “Ru’usul Masail” beliau juga punya kitab "At-Tahdzib" dalam ilmu faroidh dan "At-Tahmid" dalam ushul fiqh.

3. Muhammad bin Abdullah bin al-husain as-samiri (535-616 H) laqobnya nashiruddin, berguru pada ibnu hakim.
Kitab yang dikarang: "Al-Mustau’ib", "Al-Faruq", "Al-Bustan".

Tidak ada komentar: