Kamis, 30 Juli 2009

Suara Realita Kawan

Suara Realita Kawan



Pagi ini 28 Juli 2009, ku berjalan menyusuri salah satu pantai yang punya kesejukan tersendiri, kesejukan yang menyerupai alam pertiwi Indonesia. Aku coba mengingat bagaimana aku dulu bermain bersama kawan di pantai pertiwi, seolah sama seperti yang aku alami sekarang.



Setelah sampai kesana, aku lihat-lihat sekitar pantai, ternyata teman-temanku pergi ngga tahu kemana, tak ada satupun yang aku lihat. Aku coba berdiri sambil menekukan tangan kedadaku sambil menatap ke ujung laut yang ada di depanku ini, aku nikmati karunia yang Alloh kasih ma orang-orang di Dimyat ini.

Baru beberapa menit, aku palingkan tatapanku ini ke sekitar pantai, siapa tahu ada yang aku kenal. Akhirnya kulihat juga mereka. Terus aku kesana sambil duduk bareng, foto-foto bareng ala orang”keren”(ihiks..lagi so keren sih). Karena panasnya suasana pantai, akupun cari tempat untuk berteduh. Sungguh sejuk banget euy, angin pantai yang sepoi-sepoi menyentuh kulit lembutku ini, terasa kesegaran yang luar biasa(suegere rek..kata orang Jawa Timur).

Sambil duduk dibawah kayu yang meneduhkanku dari panas matahari, dan juga pandanganku ke arah pantai yang kebanyakan orang-orang mesir menikmati air laut Dimyat, temenku si Arman(nama samaran), mendekatiku dan ikut berteduh di bundaran kayu yang aku duduki disana. Aku coba membuka pembicaraan ma Arman tentang suasana pantai di Dimyat ini. Selain itu juga aku iseng tanya tentang hasil ujian, ternyata dia dah tahu hasilnya(enak yah, kalau aku lom tahu euy, lom turun nilainya, mudah-mudahan lulus ya rabb).

Sambil menikmati kesejukan di pantai Dimyat, akupun ngobrol seputar remaja, aku mulai dengan kata-kata yang tak asing lagi, “Man dah punya pacar lom?”. Arman bilang gini, “durung iks, padahal aku wis melu organisasi nang ngendi-ngendi tapi ijek ra ndue”. Aku hanya bisa tertawa menyindir(maklum aku dah punya cewe euy). Terus si Arman menceritakan tentang cewe yang suka ma dia di Indonesia. Dia adalah anak kyai, singkat cerita ketika ujian semester dua tahun 2009 tinggal 3 mata kuliah, si Arman nelpon si Dia tuk kasih semangat, tak taunya ketika lagi enak-enak ngobrol bapaknya datang, terus cewenya nyuruh Arman tuk ngomong hubunganya ma bapak si cewe. Bapaknya bilang ma si Arman katanya suruh ngomong ma ibunya saja. Sebelum nelpon ibu si cewe, Arman nelpon ke orang tuanya dulu tuk minta saran, orang tuanya bilang” ra usah Man, mengko malah koe kisinan”. Akhirnya semenjak itu, si Arman tidak lagi kontak ma dia.

Lalu aku ngajak Arman tuk pulang ke kos-kosan yang kita kontrak sekitar pantai itu. Di perjalanan aku bilang ma Arman kalau aku bersyukur, aku dapat beasiswa dari BZ(Baitu Zakat) dari Kuwait. Dimana dengan beasiswa itu, aku sangat-sangat terbantu dalam urusan biaya. Armanpun kemudian cerita kalau di Bu’us(asrama mahasiswa orang-orang asing di Kairo) hanya dapat beasiswa yang sangat mepet kalau di hitung-hitung buat biaya perbulan yaitu 92 Le. Bahkan kalau musim ramadhan tiba, dia bersama teman-teman yang lain harus survai dulu ke masjid-masjid yang memberikan bantuan uang. Dia ngasih tahu ke aku kalau ramadhan kemarin dapat 700 Le.

Dari tulisan ini penulis hanya ingin mengingatkan kalau kita sebagai manusia harus bisa pandai bersyukur, tidak hanya Arman yang kesusahan dalam hal biaya hidup tinggal di Kairo, tapi masih banyak saudara-saudara kita yang lebih sulit dalam hal biaya hidupnya. Tak boleh kita hanya bersenang-senang menikmati kiriman dari orang tua atau sejenis dari itu, tapi bagaimana kita gunakan uang pemberian ortu kita dengan sebaik-sebaiknya, mumpung masih dikasih ma ortu, kalau sudah disuruh nyari sendiri coba, pasti akan shock bagi orang yang pertama kali melakukanya. So, teruslah berjuang, dan gunakan kesempatan yang cemerlang ini sebaik-baiknya.
July 2009, 28

baca lagi......

Ra’sul Bar on Memory

Ra’sul Bar on Memory


Sore 28 Juli 2009 aku bersama 2 teman Ikamaru(Ikatan Mahasiswa Raudhatul Ulum Pati) melaju ke ra’sul bar. Ra’sul bar adalah pertemuan antara sungai Nil(sungai terpanjang di dunia yang panjangnya mencapai 6695 km) dengan laut tengah di Dimyat. Letak antara kos-kosan yang kita sewa dan ra’sul bar tidak terlalu jauh, kalau naik angkot cuman bayar 50 qirs( setengah pound mesir).


Walau tempatnya sederhana tapi lumayan indah. Inilah kehebatan Mesir bisa membikin tanah-tanah menjadi tempat-tempat rekreasi. Seandainya pemerintah Indonesia pintar membangun tanah-tanah dibikin tempat rekreasi, mungkin banyak income yang didapat. Coba saja kita lihat, di Indonesia banyak lho pertemuan antara sungai dan laut, tapi ngga dibikin tempat wisata.Menurutku mungkin karena anugerah Alloh yang berupa sungai Nil yang membuat ra’sul bar menjadi salah satu tempat rekreasi yang banyak dikunjungi oleh turis lokal maupun interlokal. Disamping mempunyai title the long river in the world, tapi juga sejarah yang sungai Nil perankan sungguh membuat orang mau untuk melihatnya.

Selain pemandangan yang indah, di Ra’sul Barpun ada bioskopnya juga lho. Namanya Al-Lessan Dimyat Cinema, Unik kan? Aku sempat foto-foto juga disana, ya karena memang tujuan utama piknikku cuman ambil gambar dan cari refresh aja. Tapi yang aku sayangkan aku ngga punya foto sendiri, So harus ngikut temen yang lain(ihiks..jadi sedih).

baca lagi......

The Second Tour of Memory(Syati’ 51)

The Second Tour of Memory(Syati’ 51)


Tanggal 27 Juli 2009 inilah kedua kalinya aku berekreasi setelah pertama kali tour bareng Grazeev ke Gaza, lihat pyramid dan spinx yang mungkin dulu hanya sebuah sejarah yang aku baca, tapi sekarang aku bisa menyaksikannya langsung. Sekarang giliran tour bareng anak-anak Ikamaru Pati ke tujuan pertama Dimyat beach. Pantai Dimyat ini hampir sama kayak pantai-pantai di Indonesia seperti pantai ayah di Kebumen misalnya, bedanya disini banyak tempat-tempat untuk para pengunjung sedangkan di Indonesia kebanyakan para penjual makanan walau tidak menutup realita pengunjungpun banyak.


Perjalanan kali ini banyak diiringi dengan indahnya pohon kurma yang terlihat bagus, ada perkebunan mangga dan juga tambak-tambak ikan dipinggiran jalan, sampai temen duduk sebelahku bilang “kayak di Rembang suasananya”. Perjalanan yang melelahkan dan juga bisa dijadikan memory untuk masa depan.

Tak kusangka pagi ini aku bangun jam setengah delapan pagi yang bikin aku gugup dan tergesa, bagaimana tidak coba? perjalanan tour bareng anak-anak Ikamaru yang akan berangkat jam 9 pagi, sedangkan rumahku dengan tempat kumpul untuk berangkat agak jauh dan butuh waktu sekitar 35 menit. Aku keluar dari rumah jam delapan kurang sepuluh. Bus nomer 69 arah ke kota Qotamiyah tempat tujuanku itu ternyata ngga melihatkan roda dan kacanya. Dengan kondisi badan yang tidak begitu fit(maklum baru bangun langsung siap-siap tuk berangkat) campur ngejar waktu, akhirnya 30 menit kedepan baru muncul. Cepat aku masuk mobil terus take off langsung ke tempat tujuan. Aku tidak begitu tahu tempat yang aku tuju itu, lupa sih, baru satu kali aku kesana. Tahu-tahu salah turun, padahal tempat tujuan masih jauh. Aku langsung telpon Siti Sa’adah, akhirnya diapun menjemputku( asyik ada yang jemput).

Waktu yang telah terencanakan mau berangkat jam 9 pagi, ternyata baru bisa take off jam 10.30(capek deh, kalau tahu kayak gini, aku mending chat dulu ma yang di Indo, he..). Bus berangkat jam 10.30 dengan tujuan Dimyat beach yang butuh waktu 4 jam. Tapi sebelum bersenang-senang di pantai, kita istirahat dulu di rumah yang telah kita sewa sampai nunggu waktu asar. Setelah kita solat di masjid dekat rumah, terus langsung ke beach deh. Jadi teringat suasana pantai di Indonesia nih(ihiks...pengin pulang).

Sore 27 Juli 2009, kita habiskan bareng di Dimyat beach dengan bermain bola, berenang(tapi aku ngga renang, bukanya aku ngga bisa berenang, tapi aku emang ngga bawa celana untuk berenang) dan foto-foto. Sampai waktu menunjukan jam 19.30 kita baru pulang ke rumah. Waktu isapun datang, panitia seksi acara mengadakan kumpul bareng, untuk senang bersama-sama. Sumpah, malam yang bisa dijadikan kenangan. Dari teman-teman seksi acara mengadakan lomba kecil-kecilan dan doorprize, tapi ternyata kegiatan yang sederhana kayak githu cukup attractive pendudukan Dimyat. Mereka pada nonton dan ikut bersorak(emang sih, hatiku bilang “ndeso-ndeso”, gitu aja diheranin). Ada permainan yang sederhana tapi buatku itu sangat menarik yaitu lomba memasukan pensil ke dalam botol minuman, tapi dengan kerja perkelompok empat orang(bedakan? Biasanyakan cuman satu orang aja). Ternyata hal seperti itu membuat sebagian penduduk yang tinggal disamping rumah kos-kosan kita pada tertarik.

27 July 2009
Dimyat on memory

baca lagi......

Sabtu, 11 Juli 2009

The Memory of July

The Memory of July


Liburan sudah mulai tiba, tak terasa setelah sebulan kemarin tersibukan oleh ujian kuliah yang tak tahu apa hasilnya nanti, kini saatnya mulai terbebas dengan diktat kuliah yang bikin orang tidur kurang. Di kepalapun sudah mulai terancang tempat panorama yang sungguh menakjubkan kalau dilihat, terasa ingin sekali cepat-cepat pergi untuk melihatnya. Tapi semuanya itu hanya rancangan, hanya sebuah keinginan, tetap yang menentukan cuman Alloh. Rencanaku untuk pergi berlibur ke Alexandria yang katanya sangat bagus itu ternyata hanya omongan dan keinginan saja.


Tanggal 24 Juni 2009 inilah pijakan pertama aku tersibukan oleh agenda-agenda baik itu dari Informatika yang katanya mau mengadakan tour ke Alexandria, kebetulan aku yang diminta untuk mengurus agenda ini. Selanjutnya dapat tawaran untuk membantu panitia ORMABA PPMI yang sudah terlaksana pada 6-7 Juli kemarin. Kemudian diminta oleh seksi kaderisasi KSW untuk menjadi seksi acara di LPEPM anak-anak Jateng yang sudah terlaksana pada 9 Juli kemarin, kemudian tanggal 10 diminta menjadi MC di acara Up greading Informatika untuk kru-kru baru 2009-2010. Ketiga kepanitian itu sungguh memaksaku untuk menguras banyak tenaga, sampai-sampai badan sudah mulai pegal-pegal, untung ada Ummy yang membuatku semangat selalu.

Tapi, belum selesai sampai disini, aku masih punya tugas mengurusi OPABA NU, dimana koordinator seksi acara dipegang olehku. Sebenarnya capek campur kesel kalau ngomong tentang masalah ini, tapi tak apalah, gimana ngga cape, kepanitiaan aja kurang tenaga, uangpun mepet, kerjapun tidak profesional, banyak tumpang tindih kerjaan dalam kepanitiaan, tapi bagaimanapun ini semua akan kujadikan pelajaran, karena dengan ini aku ditantang untuk lebih bisa mandiri dan tangkas dalam bergerak.

Waktu masih berjalan begitu semangatnya, matahari dan bulanpun tak bosan-bosanya menerangi alam raya, disinilah aku merasa tak cukup hanya sampai disini. Perjalanan sang pengembara masih lama, tantangan masih siap siaga didepan. Ambil kekurangan masa lalu dan pelajari untuk bisa menemukan rumus handal ketika nantinya menemukan hal-hal yang telah kita temui sebelumnya. Wake Up guys!!! Don’t be weakness.

July 2009, 11
Cairo


baca lagi......