Senin, 31 Agustus 2009

Ramadhan, Syahru Mubarok

Ramadhan, Syahru Mubarok


Sudah lama jemari-jemariku tak menuliskan kata-kata sekalipun. Ku ingin melakukannya kembali selagi aku bisa untuk menggerakanya. Sebab kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi mengenai esok hari, hanya Allohlah yang tahu semua itu. Seperti yang aku rasakan 3 hari kemarin. Mulai tanggal 28 Agustus 2009, aku merasakan flu yang lumayan ringan, akan tetapi tanggal 29-31 tubuhku mulai lemas dan panas. Inilah yang aku rasakan, dengan kondisi seperti ini, aku tak bisa melakukan apa-apa. Padahal banyak waktu yang bisa aku lakukan jikalau tubuhku ini fit.


Ini adalah yang kedua kalinya aku berpuasa di bumi para nabi. Seperti tradisi-tradisi yang telah berjalan di Kairo ini, setiap menjelang buka puasa banyak masjid-masjid yang membuka buka bersama bareng(istilah yang sering kita sebut dengan maidahan). Makanan yang dihidangkanpun semuanya ala Mesir, untung karena sudah 2 tahun di Mesir, sudah bisa menyesuaikan diri dengan makanan-makanan tersebut. Untuk orang-orang serumahku, sering mereka mengambil jatah buka puasa untuk dibawa pulang, setelah itu diracik kembali di rumah(kadang-kadang lom matang banget masakannya).

Masih banyak tradisi-tradisi Mesir yang lain ketika bulan ramadhan datang, semisal banyak rumah-rumah yang dikasih sederetan lampu kecil-kecil indah yang memanjang yang menggambarkan kebahagiaan mereka ketika bulan suci ramadhan datang. Untuk sholat tarawih, kebanyakan masjid-masjid sini hanya melakukan 8 rakaat saja, bacaan yang dibaca pun berbeda-beda, ada yang setiap tarawih satu juz dibaca, ada yang hanya setengah juz, ada juga yang selain itu(kebanyakan anak-anak semisal aku ni milihnya yang paling cepet, jadi sering milih masjid yang solatnya paling cepet, jangan ditiru yah,hehe).

Sebenarnya di bulan ramadhan ini penuh dengan keberkahan, bagaimana tidak coba, setiap melakukan satu kebajikan, dibalas oleh Alloh dengan berlipat-lipat. Pokoknya asyiklah kalau mau sering beramal yang baik di bulan yang barokah ini. Tapi yang perlu diingat bagi kita-kita dalam bulan ramadhan adalah kata”ikhlas”. Coba kita ingat-ingat ucapan Alloh dalam hadist qudsi”Sesungguhnya semua amal yang dilakukan oleh Bani Adam adalah untuk mereka sendiri, akan tetapi puasa adalah untuk diri-Ku, dan Aku yang akan memberikan balasan sesuai dengan keinginan-Ku”. Makanya ketika kita berpuasa, kita kudu ikhlas selalu.

Semoga aku bisa cepet fit, biar bisa melakukan banyak amal(mudah-mudahan yang dimaksud amal baik,he). Tak asyik kalau cuman penulis yang menginginkan dirinya untuk sehat selalu. Tapi penulispun mendoakan, mudah-mudahan yang mau membaca tulisanku ini juga tergolong orang yang beruntung(bisa menggondol banyak pahala)di bulan romadhan ini.

Cairo, 1 Sept 2009

baca lagi......

Selasa, 04 Agustus 2009

Suasana Malam di Nil

Suasana Malam di Nil


Malam 28 Juli 2009, aku keluar di malam hari dengan salah satu temenku Sa’adah pada jam setengah dua malam. Karena malam itu adalah malam terakhir aku di Dimyat, aku paksain tuk ikut ajakan Sa’adah. Padahal aku sudah malas-malasan tuk berangkat malam itu, sebab mataku dah mulai mengantuk. Tapi aku merasa ngga enak untuk menolak ajakanya. Sebab Sa’adah ini mungkin simpati dengan keadaanku yang sering menyendiri(iya sih, tapi aku enjoy aja ko, memang sifatku kayak githu,he..).


Aku berjalan berdua dengan Sa’adah dengan suasana malam yang dihiasi lampu-lampu yang indah. Tidak seperti di Indonesia, malam di Dimyat(salah satu tempat rekreasi di Kairo) itu justru rame banget, apalagi musim-musim panas gini. Bahkan bisa jadi tidak tidur semalaman karena emang susah tidur. Aku telusuri jalan tengah yang tidak dilalui oleh lalu lalang mobil, aku mulai bercakap mulai dari suasana malam hari di Dimyat, dan lain sebagainya.

Waktu jalan-jalanpun sebenarnya aku pengin bentar saja, terus aku bilang ke Sa’adah” gimana nih, mau muter balik po?”, jawabnya “nanti aja deh, mendingan ke Nil dulu yuk”. Aku dan dia terus berjalan yang akhirnya sampai di jalan Mustasyfa markazi, aku ambil jalan kanan dan terus berjalan kearah sana. Tadinya aku kira mau lihat sebuah rumah sakit di jalan mustasyfa itu, ternyata ngga kebayang euy, justru kita melihat keramaian disana. Pasar malam mulai dari penjual pakaian, makanan, eskrim dan juga kapal-kapal yang ramai dengan para penumpang. Sebelum naik kapal yang diramaikan dengan dance, kita beli eskrim yang harganya 2 Le, enak banget.

Kita masuk kapal yang lumayan besar, sambil nunggu kapal berangkat, para penumpang yang ada dihibur dengan brigden dan juga dancing dengan musik-musik mesir yang khas yang bikin aku tersenyum sambil menikmati alunan lagu dan dancing tadi(sumpeh, musik-musik mesir itu luchu lo..). Akhirnya selang waktu kedepan, kapalpun berjalan menuju ke arah ra’sul bar yang sore tadi aku sempat pergi kesana dan poto-poto disana. Tidak seperti suasana Nil di Tahrir, sungai Nil di Dimyat jauh lebih asyik dan lebih ramai, mungkin karena ada pasar malam tadi.

Mengenai harga tiket kapal, tidak terlalu membikin kantong kempis(murah ko, cuman 1 pound). Setelah naik kapal, kita jalan-jalan sebentar sambil lihat-lihat suasana sekitar yang ramai dengan pengunjung. Habis itu, kita pulang dengan hati agak berat, senadainya dari kemarin kita tahu ada sungai Nil yang indah ini, pasti dari kemarin kita udah main kesini(mungkin kayak githu deh ceritanya).

Dimyat, 2009, 28 July

baca lagi......