Selasa, 04 Agustus 2009

Suasana Malam di Nil

Suasana Malam di Nil


Malam 28 Juli 2009, aku keluar di malam hari dengan salah satu temenku Sa’adah pada jam setengah dua malam. Karena malam itu adalah malam terakhir aku di Dimyat, aku paksain tuk ikut ajakan Sa’adah. Padahal aku sudah malas-malasan tuk berangkat malam itu, sebab mataku dah mulai mengantuk. Tapi aku merasa ngga enak untuk menolak ajakanya. Sebab Sa’adah ini mungkin simpati dengan keadaanku yang sering menyendiri(iya sih, tapi aku enjoy aja ko, memang sifatku kayak githu,he..).


Aku berjalan berdua dengan Sa’adah dengan suasana malam yang dihiasi lampu-lampu yang indah. Tidak seperti di Indonesia, malam di Dimyat(salah satu tempat rekreasi di Kairo) itu justru rame banget, apalagi musim-musim panas gini. Bahkan bisa jadi tidak tidur semalaman karena emang susah tidur. Aku telusuri jalan tengah yang tidak dilalui oleh lalu lalang mobil, aku mulai bercakap mulai dari suasana malam hari di Dimyat, dan lain sebagainya.

Waktu jalan-jalanpun sebenarnya aku pengin bentar saja, terus aku bilang ke Sa’adah” gimana nih, mau muter balik po?”, jawabnya “nanti aja deh, mendingan ke Nil dulu yuk”. Aku dan dia terus berjalan yang akhirnya sampai di jalan Mustasyfa markazi, aku ambil jalan kanan dan terus berjalan kearah sana. Tadinya aku kira mau lihat sebuah rumah sakit di jalan mustasyfa itu, ternyata ngga kebayang euy, justru kita melihat keramaian disana. Pasar malam mulai dari penjual pakaian, makanan, eskrim dan juga kapal-kapal yang ramai dengan para penumpang. Sebelum naik kapal yang diramaikan dengan dance, kita beli eskrim yang harganya 2 Le, enak banget.

Kita masuk kapal yang lumayan besar, sambil nunggu kapal berangkat, para penumpang yang ada dihibur dengan brigden dan juga dancing dengan musik-musik mesir yang khas yang bikin aku tersenyum sambil menikmati alunan lagu dan dancing tadi(sumpeh, musik-musik mesir itu luchu lo..). Akhirnya selang waktu kedepan, kapalpun berjalan menuju ke arah ra’sul bar yang sore tadi aku sempat pergi kesana dan poto-poto disana. Tidak seperti suasana Nil di Tahrir, sungai Nil di Dimyat jauh lebih asyik dan lebih ramai, mungkin karena ada pasar malam tadi.

Mengenai harga tiket kapal, tidak terlalu membikin kantong kempis(murah ko, cuman 1 pound). Setelah naik kapal, kita jalan-jalan sebentar sambil lihat-lihat suasana sekitar yang ramai dengan pengunjung. Habis itu, kita pulang dengan hati agak berat, senadainya dari kemarin kita tahu ada sungai Nil yang indah ini, pasti dari kemarin kita udah main kesini(mungkin kayak githu deh ceritanya).

Dimyat, 2009, 28 July

1 komentar:

hasna mengatakan...

Sa'adah tu siapa beib?